6 Destinasi Ekowisata di Indonesia yang Harus Dikunjungi dan Dilestarikan

Di dalam ekowisata juga menekankan pada konservasi budaya, ekonomi masyarakat lokal, dan pemberdayaan sosial masyarakat.

Ekowisata atau ecotourism adalah wisata berbasis alam yang mengutamakan pembelajaran lingkungan dan memastikan lingkungan tersebut tidak rusak oleh kegiatan wisata dan juga wisatawan.

Dalam arti lain, ekowisata bisa berarti wisata yang dilaksanakan di mana saja dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai objeknya.

Di dalam ekowisata juga menekankan pada konservasi budaya, ekonomi masyarakat lokal, dan pemberdayaan sosial masyarakat.

Di Indonesia ternyata memiliki banyak destinasi ekowisata dan sudah ada sejak lama.

Di mana saja tempat tersebut? Taman Nasional Komodo memiliki luas total sekitar 173.300 hektare yang terdiri dari wilayah perairan dan daratan.

Kawasan Taman Nasional Komodo terdiri dari tiga pulau besar seperti Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar.

Sebelumnya, pemerintah memang fokus menjadikan kawasan ini sebagai konservasi untuk komodo saja, namun saat ini lebih dikembangkan sebagai kawasan ekowisata untuk lebih mengenal flora dan fauna lain serta lingkungan masyarakat sekitarnya.

Di ekowisata ini, pengunjung bisa melakukan banyak aktivitas yang seru seperti trekking ke Gunung Ara, snorkeling di Pink Beach, sampai berlayar di pulau-pulau kecil sekitarnya.

Keindahan alam di ekowisata ini juga terdapat di bawah airnya yang menyimpan 386 jenis terumbu karang, 70 jenis bunga karang dan ribuan jenis ikan di dalamnya.

Beberapa spot menyelam di kawasan ini memungkinkan pengunjung untuk melihat penyu hijau, paus, sampai lumba-lumba.

Untuk kegiatan sosial dan budaya masyarakatnya, pengunjung bisa ikut membuat pernak-pernik souvenir khas Pulau Komodo.

Pengunjung juga dapat mencicipi kuliner khas seperti jagung bose, roti kompyang, dan kudapan bernama rebok.

Sebagai kawasan ekowisata, baik masyarakat, pemerintah, dan pengelolanya sangat mengutamakan wisata berbasis lingkungan.

Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran memiliki luas sekitar 48 hektare yang secara administratif terletak di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, D.I.

Yogyakarta.

Ekowisata Gunung Api Purba ini menawarkan nuansa alam dan lingkungan yang sudah ada.

Sasarannya untuk mendatangkan wisatawan dari perkotaan yang rindu akan suasana pedesaan.

Pengelola wisata juga menekankan pada aspek keberlanjutan dengan mengembangkan desa wisatanya.

Itulah mengapa ketika wisatawan datang ke tempat ini tidak hanya berfoto dan melihat pemandangan saja.

Wisatawan bisa melakukan banyak aktivitas seperti bercocok tanam, kegiatan seni budaya, belajar hidup dengan masyarakat lokal, sampai ,mempelajari flora dan fauna.

Gunung Api Purba menjadi wisata andalannya namun terdapat juga wisata lain di sekitarnya.

Wisata itu antara lain wisata perkebunan, wisata pengolahan hasil perkebunan, wisata air Kedung Kendang, Embung Nglanggeran, serta kampung hijau yang juga layak untuk dikunjungi.

Dengan sinergi dari banyak pihak yang terlibat membuat Ekowisata Gunung Api Purba mendapatkan keuntungan yang merata secara inklusif kepada semua golongan masyarakatnya.

Di sisi lain, lingkungan dan alam di sekitar Gunung Api Purba ini juga lebih terjaga keberlangsungannya di masa depan.

Ekowisata yang berada di Desa Namo Sialang, Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara ini memiliki keunikan tersendiri dari segi flora dan fauna yang hidup di dalamnya.

Pada 1980 sampai 1990 di kawasan ini sering terjadi penebangan pohon secara liar.

Namun kini, masyarakat sekitar mulai sadar bahwa kerusakan alam membawa kerugian yang sangat besar terutama untuk kehidupan mereka.

Pada akhirnya, masyarakat di Tangkahan membuat kesepakatan untuk melarang segala aktivitas yang mengeksploitasi hutan secara ilegal serta mendirikan Lembaga Pariwisata tangkahan (LPT).

Hingga sekarang ini Ekowisata Tangkahan menjadi destinasi wisata favorit bagi pengunjung.

Pengunjung bisa belajar tentang flora dan fauna, panjat tebing, mendaki gunung, hingga berwisata bersama gajah.

Tersedia juga lodge di sekitarnya sebagai tempat untuk menginap pengunjung seperti Bamboo River Lodge, Green Lodge, Tangkahan Inn, dan Jungle Lodge.

Desa wisata ini merupakan salah satu dari sekian banyak desa wisata yang sukses menata kawasannya.

Potensi alam yang menawan ditambah dengan budaya masyarakat masih terjaga.

Di desa ini pengunjung bisa melakukan berbagai hal seperti membajak sawah, menanam padi, menangkap belut, menangkap bebek, melukis topeng, atau berburu kuliner lokalnya.

Selain itu, lokasinya yang dekat dengan pusat kota Yogyakarta ini bisa menjadi pilihan jika ingin berlibur ke tempat wisata lain di sekitarnya.

Saat pagi hari, udara dingin yang sejuk serta suara burung-burung menghiasi lingkungan sekitar.

Tak mengherankan banyak pengunjung yang menginap di tempat ini lebih memilih untuk jalan-jalan di area sekitarnya.

Cocok sebagai destinasi untuk menghilangkan penat karena jadwal kerja yang padat.

Anda bisa datang ke Desa Tembi, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menikmati suasana ini.

Wisatawan yang datang ke Bali sudah tak asing lagi dengan Desa Penglipuran.

Desa yang dikenal sebagai desa terbersih di dunia ini juga masuk ke daftar rekomendasi ekowisata di Bali.

Masyarakatnya tetap mempertahankan tata letak dan arsitektur dari bangunan rumahnya saja yang mereka tampilkan.

Terlihat bangunan yang seragam (terlihat sama) dan menggunakan gerbang rumah yang sama pada tiap-tiap rumahnya.

Keunikan lain juga terdapat pada material yang digunakan yaitu menggunakan bahan-bahan dari alam seperti batu, kayu, dan bambu.

Dari sisi lain, masyarakatnya bisa hidup berdampingan dengan alam bahkan untuk pengelolaan sampahnya sangat terjamin.

Inilah yang menjadikan Desa Wisata Penglipuran menjadi desa terbersih di dunia.

Waktu yang tepat untuk berkunjung ke Desa Penglipuran adalah saat Hari Raya Galungan karena pada hari tersebut masyarakatnya akan memasang penjor di depan rumah sebagai hiasan.

Destinasi ekowisata selanjutnya adalah Kawah Ijen dengan nyala api birunya yang khas.

Di dunia hanya ada dua blue fire yaitu di Islandia dan Kawah Ijen.

Jadi tak mengherankan jika destinasi ini menjadi incaran bagi wisatawan asing maupun domestik.

Gunung Ijen yang memiliki ketinggian 2.386 mdpl ini terletak di perbatasan antara Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi.

Jadi jika ingin naik ke atas kawahnya ada beberapa jalur alternatif untuk pendakian.

Kini tak hanya kawasan utamanya saja yang menjadi destinasi wisata, pengunjung juga bisa melakukan berbagai aktivitas seni, budaya, bahkan live in dengan masyarakat sekitarnya.

Salah satu tempatnya ada di Desa Wisata Tamansari yang lokasinya tidak jauh dari Kawah Ijen.

Di tempat ini pengunjung bisa merasakan dan lebih mengenal adat serta budaya dari Suku Osing yang masih terjaga.

Suku Osing adalah penduduk asli di daerah Banyuwangi yang menurut cerita merupakan keturunan dari Kerajaan Blambangan yang mengasingkan diri pada era Majapahit.

Anda bisa datang ke salah satu tempat ekowisata tersebut untuk bisa melihat dan merasakan aktivitas masyarakat setempat dan pengelolaan yang berbasis lingkungan (eco-friendly).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *