Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Makan di Angkringan, Apa Asyiknya?
Raffi Ahmad dan Nagita Slavina lakukan dinner dengan makan di angkringan, Warganet langsung heboh. Apa uniknya angkringan ini?
Baru-baru ini, viral postingan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina di akun Instagram pribadinya.
Mereka mengunggah foto sedang makan malam bersama di salah satu angkringan.
Tentunya, ini membuat publik kaget karena dua pasangan yang telah dicap Sultan Andara ini tidak memilih restoran mewah bintang lima, tetapi memilih angkringan untuk dijadikan tempat dinner mereka.
Pasangan dua anak ini pun merasa nyaman dan menikmati menu yang disajikan di warung sederhana ini.
Lantas, apa sebenarnya angkringan, tempat makan yang dikunjungi Raffi Ahmad dan Nagita Slavina? Apa sajakah menu yang ditawarkan di angkringan? Mengutip dari uinjkt.ac.id, angkringan berasal dari bahasa Jawa, yaitu angkring atau nangkring berarti duduk santai atau duduk bebas.
Angkringan juga dapat diartikan sebagai usaha makanan yang menggunakan gerobak dan berdiam di suatu tempat untuk menjualkan menu makanannya.
Angkringan sangat terkenal dan banyak dijumpai di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Ternyata, angkringan di beberapa daerah memiliki nama yang berbeda.
Di solo dan Klaten, angkringan dikenal dengan nama warung HIK (hidangan istimewa ala kampung) atau wedangan.
Meskipun memiliki penyebutan nama yang berbeda, tetapi memiliki konsep yang sama, yaitu dengan menggunakan gerobak yang atasnya biasa ditutupi dengan kain terpal plastik dan dapat memuat sekitar 6-8 orang pembeli, tergantung besarnya gerobak.
Biasanya, angkringan mulai beroperasi pada sore sampai dini hari, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa ada angkringan yang beroperasi pada pagi hari sekitar jam 8 pagi.
Tidak seperti warung makan atau restoran lainnya, angkringan mengandalkan penerangan tradisional dari lentera atau lampu tempel yang masih menggunakan bahan bakar minyak tanah.
Namun, perkembangan zaman mengharuskan penggantian lampu tempel tersebut dengan lampu listrik sehingga sekarang hanya tersisa beberapa angkringan yang masih menggunakan lampu tempel.
Sebagian besar para penjual atau pelaku usaha angkringan memanfaatkan jalur pedestrian atau trotoar, bahu jalan, atau ruang-ruang kosong lainnya di kawasan perkotaan, seperti dikutip dalam Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif.
Pada umumnya, angkringan menawarkan makanan dan minuman sederhana yang merakyat.
Menu makanan yang disajikan warung makan sederhana ini adalah aneka gorengan, nasi bungkus atau nasi kucing (porsi nasi sedikit), tahu bacem, tempe, aneka sate tusuk, sambal, dan keripik.
Selain makanan, angkringan pun menawarkan minuman yang beragam, yaitu teh, kopi, susu, susu jahe, wedang jahe, dan minuman bubuk dalam kemasan.
Semua menu yang dijual di angkringan relatif murah sehingga siapa saja bisa mengunjungi warung makan merakyat ini.
Saat makan di angkringan, antara pembeli dengan penjual atau pembeli dengan pembeli lainnya acapkali terlihat berbincang-bincang dengan santai dalam suasana kekeluargaan.
Mereka menikmati menu yang ditawarkan angkringan sekaligus mengobrol hingga larut malam tanpa mengenal perbedaan, meskipun tidak saling mengenal satu sama lain.
Akibatnya, angkringan cocok sebagai tempat menepi saat lapar atau hanya sekadar melepas penat dan lelah.
RACHEL FARAHDIBA R